Kamis, 23 Desember 2010

Me vs High Heels (Maria Ardelia)

Sinopsis:

Sasha cewek tomboi yang suka basket, sepak bola, dan kegiatan-kegiatan yang cowok banget. Pada suatu hari ia bertabrakan dengan cowok keren bernama Arnold, dan kemudian jatuh cinta. Saking jatuh cintanya, Sasha sampai rela berubah jadi cewek yang disukai Arnold: feminin, suka dandan, dan senang pake high heels---alias sepatu hak tinggi.

Sayang, meskipun ia telah
...more
Sasha cewek tomboi yang suka basket, sepak bola, dan kegiatan-kegiatan yang cowok banget. Pada suatu hari ia bertabrakan dengan cowok keren bernama Arnold, dan kemudian jatuh cinta. Saking jatuh cintanya, Sasha sampai rela berubah jadi cewek yang disukai Arnold: feminin, suka dandan, dan senang pake high heels---alias sepatu hak tinggi.


Sayang, meskipun ia telah melakukan segalanya, bahkan mengorbankan kesenangan-kesenangannya selama ini, Arnold ternyata tidak benar-benar jatuh cinta padanya. Dan ketika itulah, di saat hatinya hancur berkeping-keping, Sasha tersadar bahwa selama ini ada cowok lain yang mencintai dirinya, apa adanya.


[SPOILER ALERT !!]

Mengisahkan tentang seorang gadis bernama Sasha yang tomboy dan pinter, yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang cowok bernama Arnold. Tapi masalahnya adalah: Arnold suka cewek feminin. Cewek yang biasa pake high heels dan ngikutin mode banget, itulah kesukaan Arnold. Sasha yang ngerasa Arnold benar-benar cinta pertamanya *cielah* langsung meminta sahabatnya, Lola, untuk mengubahnya jadi cewek feminin.

Lola langsung menyuruh Sasha membeli baju ini-itu, mengubah gaya rambut Sasha, dan menyuruh Sasha memperbaiki cara jalannya yang serampangan. Tiap minggu Sasha harus merelakan jadwal main basketnya bersama Dondon untuk berlatih jalan ala model (anggun). Untunglah Lola dan Roland, sahabat Sasha, setia menemaninya. Sasha bahkan ikut kelas yoga, ikut cheerleaders, belajar masak, semua demi Arnold.

Di saat yang sama, dengan seiring perubahan Sasha, Arnold juga sering ngajakin Sasha jalan. Sasha seneng banget, dan berusaha sefeminin mungkin saat bersama Arnold. Lucunya, Sasha ngakunya suka maenan Barbie (padahal punya Barbie aja nggak, XD). Pokoknya, banyak banget yang harus dilakuin Sasha, demi menarik perhatian Arnold. Dan... Sasha semakin pede, saat mendapati buket bunga yang ditaruh di kursinya setiap pagi. Dengan inisial A.R., ia yakin bahwa itu Arnold—Arnoldus Rennov. Sasha semakin semangat mengubah dirinya menjadi seorang Sasha yang feminin, tanpa mempedulikan sumpahnya yang dulu pernah ia ikrarkan seumur hidup.

Sampai pada suatu hari, di hari ulangtahunnya ke-17. Di hari Sweet Seventeen-nya. Orangtuanya membuat pesta besar-besaran, mengundang banyak orang, termasuk Arnold. Sasha tampil secantik mungkin, mengundang rasa kagum banyak orang yang telah mengenal kesehariannya sebagai cewek tomboy. Dan harusnya, hari itu menjadi hari yang menyenangkan buat Sasha. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Arnold naik ke atas panggung, menyatakan cintanya. Perasaannya. Tapi sayangnya, perasaannya itu bukan untuk Sasha. Melainkan untuk Dina, pacar Roland sahabatnya. Sasha jelas kaget. Ternyata, selama ini Arnold tidak pernah menyukainya. Ia hanya bertahan di samping Sasha, menemaninya jalan-jalan, hanya untuk Dina. Dina memang pacar Roland, tapi ia diperlakukan seperti bukan pacarnya. Roland yang selalu berbicara tentang Sasha, membuatnya geram. Ia ingin balas dendam, memanfaatkan Arnold yang memang menyukainya. Kelas yoga, belajar masak, keluar dari basket... Semua itu Dina yang menyuruh Arnold membujuk Sasha.

Sasha kaget banget. Ia merasa terhempas dari langit, dari angan-angannya. Ia makin kaget, bahwa ternyata A.R—si pengirim bunga—adalah Anggara Rolando—atau Roland—yang notabene adalah sahabatnya sendiri!

Di malam itu pula, Sasha harus membongkar rahasianya. Rahasia yang membuatnya menjadi anak yang tomboy, serampangan, seradak-seruduk, tidak peduli pada penampilannya. Dulu ia sempat memiliki kakak perempuan—Yasmin namanya. Cantik, suka dandan. Tapi Sasha harus kehilangan Yasmin, karna suatu hari Yasmin diperkosa sampai meninggal. Hal itu membuat Sasha trauma pada yang namanya kecantikan, kefemininan. Tapi demi Arnold, ia menukas semuanya itu, dan berjuang menjadi apa yang dibencinya.

Yep, malam itu, Sasha melepas semuanya. Arnold pergi bersama Dina. Tinggallah ia sendiri.

Tapi... nggak mungkin kan Sasha dibiarkan ‘sendiri’? Beberapa hari kemudian, Dondon mengajak Sasha dan Lola makan-makan. Tanpa Sasha ketahui, makan-makannya itu bareng Roland! Yah, toh perasaannya Roland udah ketahuan, ngapain juga disembunyiin. Dan... Bisa ditebak lah. Akhirnya Sasha menemukan cowok yang mencintainya apa adanya, tanpa ia harus berubah jadi Sasha-yang-lain.

Pelajaran buat kita semua. Jadi, kita nggak harus berubah demi orang yang kita cintai. Bila orang itu menuntut ini-itu (mengubah kita atau memaksa kita berubah) berarti orang itu bukan cinta sejati kita, tidak mencintai kita apa adanya. Nah itu keywordnya: apa adanya!

Just be yourself


Rating :





Judul                 :  Me vs High Heels –Aku vs Sepatu Hak Tinggi
Pengarang       :  Maria Ardelia
Penerbit           :  PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman           :  350 halaman
ISBN                  :  979-22-0890-9

0 comments:

Posting Komentar

Blog Template by SuckMyLolly.com