Penerbit
: GagasMedia
Tahun
: 2013
Tebal
: 278 halaman
Sinopsis:
Aku adalah noda untuk dosa yang tak
kulakukan. Aku mencoba bertahan, berusaha mengerti; mungkin ada bagian dari
dirimu yang tak bisa kuraih. Namun, yang tak kunjung kupahami, mengapa ada
persahabatan yang menyakiti?
Review:
Bagi
Katrissa, orang-orang di Eglantine High terbagi menjadi dua: angsa dan itik. Katrissa
sempat menjadi ‘itik’ di tahun pertamanya, tapi karena satu kejadian membuatnya
mengenal Langit, Aura, dan Milani. Ini juga yang membuat derajatnya naik
menjadi ‘angsa’ dan bergabung dengan angsa cantik seperti Aura dan Milani.
Jika Langit adalah wujud sempurna dari itik jelek rupa, Aura Amanda adalah wujud sempurna dari angsa. Bahkan, Aura Amanda sudah menjadi angsa sejak lahir. Dia seperti tidak pernah mengalami fase mengelap ingus, jerawatan, atau bahkan salah memilih baju. (hlm.11)
Betapa naifnya ia percaya bahwa selamanya akan benar-benar selamanya. Sahabat akan selalu menjadi sahabat, apapun yang terjadi. Ternyata, hati manusia bisa berubah. (hlm.243)
Novel
ini jelas bercerita tentang bullying.
Bullying ada berbagai macam jenisnya,
tidak hanya perbuatan, tapi juga kata-kata. Di sini, Aura jelaslah yang membully Priska. Aura melakukan segala cara
agar Priska jera. Padahal, penyebabnya sangatlah sepele: karena Priska menyukai
pacar Aura. Sekilas, tidak ada yang salah dengan itu. Siapa yang bisa
mengendalikan hati? Siapa yang bisa menghentikan perasaan cinta? Tapi Aura
tidak mau mengerti itu. Di matanya, Priska melanggar batas. Karena itu Priska
harus di’hukum’.
“Bullying itu kayak gitu, Rissa. Dia ngancurin hidup siapa aja. Pelakunya. Korbannya. Orang-orang yang diam saja dan menyesal mengapa mereka tidak melakukan sesuatu. Nggak ada yang diuntungkan.” (hlm.184)
Saya
suka gaya penulisan si pengarang. Mbak Dyah Rinni berhasil membuat saya menyukainya
di karya debutnya di GagasMedia. Ini berhasil membuat saya mencari lebih jauh
karya-karyanya yang lain ♡♡♡
Selain
itu, saya juga suka tokoh-tokohnya. Katrissa yang baik dan tangguh tapi
terkadang goyah. Aura yang baik tapi punya sisi lain yang tak terduga. Milani
yang slebor dan tidak peka. Priska yang ceria tapi nyalinya dipertanyakan. Dan,
Langit yang peduli dan protektif (he is
definitely my favorite! ♡).
Sifat
para tokoh memang tidak dijelaskan secara gamblang, tapi inilah poin yang saya
suka: pengarang tidak perlu mendefinisikan karakter tiap tokoh secara tersurat,
tetapi justru menunjukkannya tersirat. Karakter para tokoh terlihat dalam hal-hal
yang dilakukan dan dipikirkan tokoh tersebut. Apa yang dilakukan, apa yang
dipikirkan, bagaimana ia berbicara. Selain itu, self-development juga terlihat. Bagaimana Katrissa yang [SPOILER ALERT] dulu diam saja, merasa
baik-baik saja, dan terbiasa tak punya teman; pada akhirnya menjadi pribadi
yang tangguh, mau membela dan menegakkan kebenaran.
…Daruma doll itu menatapnya tajam. Orang Jepang menganggapnya sebagai simbol daya tahan. Seberapa keras pun kita jatuh, kita harus kembali lagi berdiri. (hlm.186)
Tak
hanya itu, alur cerita yang maju mundur juga membuat penasaran. Kejadian
mengapa Katrissa mengenal Aura dan Langit sebenarnya sama, tetapi pengarang
memisahkannya dan menceritakannya di momen yang tepat. Masa lalu Katrissa,
Aura, dan Langit juga dituliskan di saat yang pas. Bagaikan puzzle rumit yang
telah menemukan kepingan-kepingan terakhirnya, seperti itulah cerita ini
ditutup. Endingnya memuaskan dan cukup menjelaskan segala hal. Apa yang terjadi
di masa lalu, bagaimana kondisi fisik dan batin tokoh-tokohnya, dan apa yang
terjadi kemudian. Dan juga, komposisi romance
yang tidak terlalu terlihat tapi begitu ada, terasa cute dan heart-warming ♡ Pas!
Poin
tambah lain yang sudah jelas dari novel ini: jangan diam ketika melihat temanmu
di‘siksa’. Jangan menutup mata dan telingamu dari penderitaan mereka. Bertindaklah,
sebelum semuanya terlambat. Lakukanlah sesuatu, sebelum penyesalan yang tertinggal!
Teman tidak saling melukai. Teman saling menghargai, mencintai, menghormati. Tidak ada yang berhak hidup dalam luka. Tidak juga kamu atau pun kita semua. (hlm.265)
Rate:
4.5/5
0 comments:
Posting Komentar